Sepuluh hari terakhir Ramadhan identik dengan Itikaf. Nah, ramadhan tahun ini di salah satu masjid di deket kontrakan saat mau ambil kupon sahur (ceritanya di masjid ini ada gratis sahur untuk peserta itikaf), saya dikasih selembar kertas yang isinya mengulas tentang Panduan Itikaf di Ramadhan. Buat temen-temen yang belum banyak tau tentang apa itu itikaf, adab itikaf, waktu itikaf, apa yang ga boleh dan apa yang boleh saat itikaf ada semua dibahas di artikel ini. Sedikit sharing buat temen-temen, semoga semakin banyak yang itikaf di masjid
Selamat membaca, semoga bermanfaat dan semoga kita semua mendapatkan malam Lailatul Qodar. Amiiin
Apa itu I’tikaf
I’tikaf secara bahasa berarti menetap pada sesuatu. Sedangkan secara syar’i, I’tikaf berarti menetap di masjid dengan tata cara yang khusus disertai dengan niat.
Keutamaan I’tikaf
Di antara keutamaan i’tikaf, selain ia merupakan sunah yang dicontohkan Rosulullah, i’tikaf memiliki keutamaan yang besar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dan Baihaqi, walau sebagian ulama tidak bersepakat atas keshohihannya namun hadits ini dapat diterima dan digunakan untuk keutamaan amal, dalam hal ini adalah i’tikaf:
عنابنعباسرضىاللهعنهما “ومناعتكفيوماابتغاءوجهاللهجعلاللهبينهوبينالنارثلاتةخنادق) كلخندقأبعدممابينالخافقين . رواهالطبرانىوالبيهقىوالحاكموصححه
Dari ibnu Abbas ra: “Barang siapa beri’tikaf satu hari karena mengharap keridhoaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat. (HR. Thabrani, Baihaqi dan dishohihkan oleh Imam Hakim)
Imam Al-Khatib dan Ibnu Syahin meriwayatkan hadits dari Tsauban ra meriwayatkan:
روىالخطيبوابنشاهينعنثوبانأنالنبىصلىاللهعليهوسلمقال: ” مناعتكفنفسهمابينالمغربوالعشاءفىمسجدجماعةلميتكلمإلابصلاةوقرآنكانحقاعلىاللهتعالىأنيبنىلهقصرافىالجنة “.
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beri’tikaf antara Maghrib dan Isya di masjid, dengan tidak berbicara kecuali sholat dan membaca Al-Quran, maka Allah berhak membangunkan untuknya istana di surga.”
Waktu I’tikaf
Waktu i’tikaf yang lebih afdhol adalah diakhir-akhir ramadhan (10 hari terakhir bulan Ramadhan) sebagaimana hadist: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari . Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari”.3
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dengan tujuan agar mudah meraih malam penuh kemuliaaan (lailatul qadar), untuk menghilangkan dari segala kesibukan dunia sehingga mudah bermunajat dengan ALLAH, juga untuk memperbanyak doa dan dzikir ketika itu.
I’tikaf harus dilakukan di masjid
Hal ini berdasarkan firman ALLAH TA’ALA yang artinya, “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka sedang kamu beri’tikaf dalam masjid” (Q.S al Baqorah :187)
Demikian juga dikarenakan Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam begitu juga istri-istri Beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah melakukannya dirumah sama sekali.
Untuk berapa lama waktu berdiam di masjid
Para ulama sepakat bahwa I’tikaf tidak ada batasan waktu maksimalnya. I’tikaf tidak ada batasan waktu minimal, artinya boleh cuma sesaat di malam atau di siang hari.
Adab I’tikaf
Maka di antara adab-adab beri’tikaf yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan adalah:
1. Menghadirkan niat yang sholih, dan mengharap ganjaran dari Allah SWT.
2. Merasakan hikmah dari i’tikaf, yaitu ia berputus sementara dari segala keduniaan untuk beribadah.
3. Seorang yang i’tikaf tidak keluar dari masjid, kecuali hanya untuk memenuhi hajat yang mesti ia laksanakan.
4. Tetap menjaga amaliyah ibadah pagi dan sore, seperti zikir pagi dan sore, sholat sunat dhuha, sunat rawatib, sholat qiyamullail, sholat sunat wudhu, zikir setelah sholat, dan juga menjawab azan.
5. Berupaya sungguh-sungguh untuk dapat bangun sebelum waktu sholat dengan waktu yang cukup untuk mempersiapkan sholat, sehingga dapat melaksanakan sholat lima waktu dengan khusyuk dan tenang, bukan justru malah terlambat, apalagi ia sudah beri’tikaf di masjid.
6. Memperbanyak amalan sunat dengan melakukan berbagaimacam ibadah seperti membaca Al-Quran, membaca
tasbih, memperbanyak membaca tahlil, tahmid, takbir, istighfar, membaca sholawat kepada baginda Rosulullah, mentadaburi Al-Quran, membaca terjemahannya, membaca hadits-hadits nabi dan membaca sirohnya. Sehingga waktu yang ada tidak membuat bosan hanya dengan tidur dan bersenda gurau dengan sesama saudara yang sedang beri’tikaf.
7. Sedikit makan, minum dan tidur dengan tujuan untuk melembutkan hati dan melatih kekhusyuan hati serta tidak
membuang waktu sia-sia.
8. Selalu menjaga kebersihan dan kesucian diri dan tempat i’tikaf dengan selalu menjaga wudhu. Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Secara ringkasnya adalah menerapkan sunah dalam kehidupan sehari-hari.
Yang dibolehkan ketika i’tikaf
1. Keluar masjid disebabkan ada hajat yang mesti ditunaikan seperti keluar untuk makan dan minum, serta hajat lain yang tidak bisa dilakukan di dalam masjid
2. Melakukan hal-hal mubah seperti mengantarkan orang yang mengunjunginya sampai pintu masjid atau bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Istri mengunjungi suami yang beri’tikaf dan berdua-duaan dengannya.
4. Mandi dan berwudhu di masjid.
5. Membawa selimut untuk tidur di masjid.
Hal-hal yang perlu dihindari ketika i’tikaf
1. Banyak membuang waktu dengan hal-hal yang sia-sia bahkan tidak ada hubungannya dengan ibadah i’tikaf, seperti banyak bersenda gurau, bercerita dan sebagainya.
2. Berlebihan dalam makan dan minum ketika i’tikaf. Karena i’tikaf adalah sarana untuk melatih hati dan diri untuk khusyu’ beribadah, maka makan dan minum yang berlebihan akan membuat berat
beribadah dan bahkan menjadi malas ibadah, dan masjid hanyamenjadi tempat pindah makan belaka.
3. Tidur berlebihan, bahkan memarahi orang yang membangunkannya untuk sholat dan tilawah Al-Quran. Ini perlu menjadi perhatian, kerena waktu yang sepuluh hari sangatlah sedikit jika hanya digunakan untuk tempat pindah tidur, padahal dengan mengikuti i’tikaf adalah melatih diri untuk menggunakan waktu di masjid dengan ibadah.
4. Sebagian kaum muslimin mengajak anak-anak mereka untuk juga beri’tikaf, namun perlu memperhatikan agar anak-anak
tidak mengganggu ketenangan dan kekhusyu’an peserta i’tikaf lainya.
Yang dilarang ketika i’tikaf
1. Keluar masjid tanpa ada alasan syar’i dan tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak.
2. Jima’ (bersetubuh) dengan istri.
Wanita Boleh Beri’tikaf
Wanita boleh beri’tikaf di masjid asalkan memenuhi 2 syarat:
1. Meminta izin suami
2. Tidak menimbulkan fitnah (godaan bagi laki-laki)
‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan. Apabila selesai dari sholat shubuh, beliau masuk ke tempat khusus I’tikaf beliau. Dia (Yahya bin Sa’id) berkata: “Kemudian ‘Aisyah radhiyallahu’anha meminta izin untuk bisa beri’tikaf bersama beliau, maka beliau mengizinkannya”.
Referensi:
1. Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 5:206
2. Al Mughni, 4:456
3. HR. Bukhari no.2026 dan Muslim no.1172
4. Latho-if Al Ma’arif, hal . 338
5. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2:151-152
6. I’tikaf tanpa disebutkan syarat berapa lama
7. Al Inshof, 6:17
8. I’tikaf dalam Shahih Fiqh Sunnah, 2:150-158
9. HR. Bukhari no.2041
Tinggalkan Balasan